Hari Sabtu ini Stasiun Balapan cukup lengang hingga kereta listrik datang menurunkan penumpang dari arah Yogyakarta. Kursi di ruang tunggu stasiun kereta jarak jauh masih banyak kosong. Lelaki berambut sebahu itu duduk di depan tas ransel dan koper.
Dia menatap perempuan di sebelahnya. Wajahnya ayu, namun matanya sendu. Permai, begitu si lelaki memanggilnya. Diusapnya rambut Permai, yang meluluhkan air mata perempuan itu.
Suara petugas lelaki di pengeras suara stasiun mengumumkan kereta Ranggajati tujuan Gubeng telah datang di jalur satu. Permai berdiri memanggul tas ransel dan menggeret kopernya diikuti si lelaki. Sebelum menyeberang rel, lelaki itu memeluknya. Permai tak mampu menatapnya lagi. Perempuan berbaju kembang itu menuju ke jalur satu. Kereta sudah menunggu, dia pun segera mencari kursinya.
Tidak, dia tidak bisa berharap lelaki itu akan mengikutinya, memanggil namanya, menahannya agar tidak pergi. Apalagi akan menyusulnya ke Surabaya. Tidak. Lelaki itu seolah sudah berubah, bukan kekasih yang dikenal Permai selama ini. Mungkin jarak menjauhkan hatinya pula.
Di ruang tunggu, lelaki berambut sebahu itu memegang ponselnya. Dia mengetikkan pesan WA, “Aku ke Jogja naik KRL jam 11.25. Tak sabar bertemu kamu.”
Di Jogja, seorang gadis tersenyum membaca sebuah pesan WA, menunggu tunangannya datang.
-Flashfiction oleh Weka Swasti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar